Dengan dicairkannya dana BOS madin 2013 kabupaten Pacitan pada 31 oktober 2013, sudah pasti kewajiban bagi pengelola madin adalah peng-SPJ-an. Aplikasi untuk SPJ tiap turunnya anggaran selalu berbeda, ini disebabkan karena jumlah anggaran yang diteriama masing masing lembaga setiap tahunnya juga berbeda. Pihak dinas pendidikan telah memberikan kemudahan dalam hal pengespejean dengan membuatkan aplikasi tersebut. bagi rekan rekan pengelola madin di kabupaten pacitan yang belum memiliki Aplikasi SPJ 2013 bisa mengunduh di server ziddu dengan link berikut : Aplikasi SPJ madin 2013
Rabu, 20 November 2013
Kamis, 31 Januari 2013
KA'BAH dan Penentuan Arah Kiblat
Ka'bah ditengah masjidil Haram |
Kakbah (bahasa Arab: الكعبة,
transliterasi: Ka'bah) adalah sebuah bangunan mendekati bentuk kubus yang terletak di tengah Masjidil Haram di Mekah. Bangunan ini
adalah monumen suci bagi kaum muslim (umat Islam). Merupakan bangunan yang
dijadikan patokan arah kiblat atau arah
patokan untuk hal hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti salat. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi
atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
Sejarahwan, narator dan lainnya
memiliki pendapat berbeda tentang siapa yang telah membangun Kakbah. Beberapa
pendapat itu ada yang mengatakan Malaikat, Adam dan Syits. Dimensi struktur
bangunan kakbah lebih kurang berukuran 13,10m tinggi dengan sisi 11,03m kali
12,62m. Juga disebut dengan nama Baitullah.
Sejarah
perkembangan
Kakbah yang juga dinamakan Bayt
al `Atiq (Arab:بيت العتيق, Rumah
Tua) adalah bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah
Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kakbah telah
ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun
(sekitar 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), bangunan ini
direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala
suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad pada salah satu sudut Kakbah,
namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan
tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.
Pada saat menjelang Muhammad SAW
diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Kakbah yang semula rumah
ibadah agama monotheisme (Tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi
kuil pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala/patung yang merupakan perwujudan
tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika masa kegelapan pemikiran
(jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek
moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta
tidak boleh dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun
jua dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada
yang menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur'an). Kakbah akhirnya dibersihkan
dari patung-patung agama politheisme ketika Nabi Muhammad membebaskan kota
Mekkah tanpa pertumpahan darah dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama
Tauhid (Islam).
Rabu, 30 Januari 2013
Sejarah Perkembangan Hadits
Masa Nabi Muhammad saw merupakan
periode pertama sejarah dan perkembangan hadis. Masa ini cukup singkat, hanya
23 tahun lamanya dimulai sejak tahun 13 sebelum Hijriah atau bertepatan dengan
610 Masehi sampai dengan tahun 11 Hijriah atau bertepatan dengan 632 Masehi.
Saat itu hadis diterima dengan
mengandalkan hafalan para sahabat Nabi saw. Para sahabat pada masa itu belum
merasa ada urgensi untuk melakukan penulisan hadis-hadis Nabi, mengingat Nabi saw
masih mudah untuk dihubungi dan dimintai keterangan-keterangan tentang segala
hal yang berhubungan dengan ibdah dan mu'amalah keseharian umat Islam.
Perhatian Rasul Terhadap Ilmu
Rasulullah saw adalah orang yang sangat
memperhatikan ilmu. Beliau mengingatkan dengan tegas akan pentingnya menuntut
ilmu, dan oleh karena itu menuntut ilmu wajib bagi umat Islam, seperti hadis
Rasulullah saw berikut ini:
-->
طَلَبُ
اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (أخرجه ابن ماجه)
Mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi
setiap orang Islam. (Hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah)
Bukan hanya mencari ilmu yang
diperintahkan oleh Rasulullah saw, akan tetapi ilmu yang sudah kita terima,
juga harus kita sampaikan kepada orang lain. Sebagaimana Hadis Rasulullah saw
berikut ini:
-->
أَلاَ
لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ. (أخرجه ابن ماجه)
Ingatlah, hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir. (Hadis diriwayatkan oleh Ibn Majah)
Dari hadis di atas jelas diterangkan
bahwa orang yang menghadiri majlis ilmu senantiasa menyebarkan ilmu yang ia
terima kepada orang lain yang tidak dapat menghadirinya, dalam kata lain adalah
orang-orang yang belum mengetahui ilmu yang ia terima. Dalam hadis lain
Rasulullah saw juga menjelaskan akan posisi atau status para Ulama (oran-orang
yang berilmu), seperti hadis berikut ini :
-->
العُلَمَاءُ
وَرَثَةُ اْلأَنْبِياَء
Orang-orang yang berilmu (Ulama) adalah
pewaris para Nabi.
BUKHARA Kota Ilmu Pengetahuan
”Gudang lmu Pengetahuan!” Begitu sastrawan besar Iran, Ali Akbar
Dehkhoda menjuluki Bukhara — salah satu kota penting dalam sejarah
peradaban Islam. Penyair Jalaludin Rumi pun secara khusus menyanjung
Bukhara.
”Bukhara
sumber pengetahuan. Oh, Bukhara pemilik pengetahuan,” ungkap Rumi dalam
puisinya menggambarkan kekagumannya kepada Bukhara tanah kelahiran
sederet ulama dan ilmuwan besar. Konon, nama Bukhara berasal dari bahasa
Mongol, yakni ‘Bukhar’ yang berarti lautan ilmu. Kota penting dalam
jejak perjalanan Islam itu terletak di sebelah Barat Uzbekistan, Asia
Tengah. Wilayah itu, dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Wa Wara’
an-Nahr atau daerah-daerah yang bertengger di sepanjang Sungai Jihun.
Letak Bukhara terbilang amat amat strategis, karena berada di jalur
sutera. Tak heran, bila sejak dulu kala Bukhara telah menjelma menjadi
pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, budaya dan agama. Di kota itulah
bertemu pedagang dari berbagai bangsa di Asia barat termasuk Cina. Lalu
sejak kapan Bukhara mulai dikenal?
Menurut syair kepahlawanan Iran, kota Bukhara dibangun oleh raja
Siavush anak Shah Kavakhous, salah satu Shah dalam cerita dongeng Iran
yang berasal dari Dinasti Pishdak. Secara resmi, kota itu berdiri ada
sejak tahun 500 SM di wilayah yang kini disebut Arq. Namun, oasis
Bukhara telah didiami manusia mulai tahun 3000 SM, yakni semasa zaman
perunggu.
Wilayah Bukhara, sejak 500 SM sudah menjadi wilayah kekuasaan
Kekaisaran Persia. Seiring waktu, Bukhara berpindang tangan dari satu
kekuasaan ke kekuasaan lainnya, seperti Aleksander Agung, kekaisaran
Hellenistic Seleucid, Greco-Bactaian, dan Kerajaan Kushan.
Selama masa itu, Bukhara menjadi pusat pemujaan Anahita. Dalam satu
putaran bulan, penduduknya biasa merayakan ritual ibadah dengan
mengganti berhala yang sudah usang dengan berhala yang baru. Sebelum
Islam menaklukan wilayah itu, penduduk Bukhara adalah para penganut
agama Zoroaster yang menyembah api.
Kehidupan penduduk Bukhara mulai berubah ketika tentara Islam datang
membawa dakwah. Pada akhir tahun 672, Ziyad bin Abihi menugaskan Miqdam
Rabi’ bin Haris berlayar dari Irak menuju daerah Khurasan. Miqdam
berhasil menaklukan wilayah itu sampai ke Iran Timur. Setelah Ziyad
meninggal, Mu’awiyah, Khalifah Bani Umayyah memerintahkan Ubaidillah bin
Ziyad untuk menaklukan Bukhara.
Selasa, 29 Januari 2013
Pengantar Sejarah Kebudayaan Islam
A. Pengertian Sejarah Kebudayaan
Islam
Pengertian Sejarah :- Menurut bahasa, sejarah berarti riwayat atau kisah. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut dengan tarikh, yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu.
- Sebagian orang berpendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan).
- Sedangkan menurut istilah, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Pengertian Kebudayaan :
- Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia.
- Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat.
- Istilah "kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
- Apabila dikaitkan dengan Islam, maka Kebudayaan Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber hukum dari al-Qur'an dan sunnah Nabi.
Pengertian Islam :
- Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya selamat.
- Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
Kesimpulan :
Sejarah Kebudayaan Islam adalah
kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta
umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
Unsur Pembentuk Kebudayaan Islam
Biografi IMAM ASY-SYAFI'I
Imam asy-syafi'i |
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs
al-Shafiʿī atau Muhammad bin Idris
asy-Syafi`i (bahasa Arab: محمد بن إدريس الشافعي) yang akrab dipanggil Imam Syafi'i (Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H / 767 - Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga
pendiri mazhab Syafi'i.
Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim,
yang merupakan kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i
pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar
saat itu, Imam Malik.
Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada
murid-murid Imam Hanafi di sana.
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar
berbeda untuk Mazhab Syafi'i.
Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Kelahiran
dan kehidupan keluarga
Kelahiran
Kebanyakan ahli sejarah berpendapat
bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun di antara pendapat ini
terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota yang berjarak sekitar
tiga farsakh dari Gaza. Menurut para ahli sejarah pula, Imam Syafi'i lahir pada
tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat pula seorang ulama besar Sunni yang bernama Imam Abu Hanifah.
Nasab
Imam Syafi'i merupakan keturunan
dari al-Muththalib, jadi dia termasuk ke dalam Bani Muththalib. Nasab Beliau adalah
Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid
bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdulmanaf
bin Qushay
bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’ad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah di Abdul-Manaf.
Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib
bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung
Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam
.
Kemudian juga saudara kandung Abdul
Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam
, bernama Syifa’, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga melahirkan anak
bernama As-Sa’ib, ayahnya Syafi’. Kepada Syafi’ bin As-Sa’ib radliyallahu
`anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal
dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan demikian
nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi
wasallam .
Senin, 28 Januari 2013
TRADISI DAN MODERNISASI PESANTREN
Pondok pesantren, atau sering
disingkat pondok atau ponpes, adalah sekolah Islam
berasrama yang terdapat di Indonesia. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan
untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para
pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus
tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Institusi sejenis juga
terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan
yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut madrasa
Islamia
Sejarah umum
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya
seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin
belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang
datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping
rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun
pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama
supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum
memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang
umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah
kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah
santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya
memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal
kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang
sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia
secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama
inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan
Howard M.
Federspiel- salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia,
menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah
di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi)
telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk
belajar.
Definisi pesantren secara Etimologi
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an,
dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti
penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.
Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior
untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok.
Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar
mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan
kyai dan juga Tuhan.
Langganan:
Postingan (Atom)