
Sejarah umum
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya
seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin
belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang
datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping
rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun
pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama
supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum
memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang
umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah
kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah
santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya
memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal
kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang
sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia
secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama
inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan
Howard M.
Federspiel- salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia,
menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah
di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi)
telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk
belajar.
Definisi pesantren secara Etimologi
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an,
dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti
penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.
Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior
untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok.
Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar
mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan
kyai dan juga Tuhan.
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri
yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik
(bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti
guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama
yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil,
yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang
sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan
kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Peranan
Pesantren
pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam.
Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya
yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan
materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial).
Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based
curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh
persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian,
pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni,
tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons
carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya
Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri
ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama
berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama
berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat
besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.
Banyak
pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang
rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih
tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan
lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi massa
(ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU). Ormas Islam lainnya yang juga memiliki
banyak pesantren adalah Muhammadiyah,Al-Washliyah
dan Hidayatullah
Jenis pesantren
Seiring
perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan Umum,
kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam
pesantren. kemudian muncul istilah
pesantren Salaf dan pesantren Modern,
pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama
sedangkan Pesantren Modern
menggunakan system pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.
Pesantren salafi
Pesantren
yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi. Pola tradisional yang diterapkan dalam
pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan
mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya -
dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut.
Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para
santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama
sekali. Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari
dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari salat shubuh
di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam. Pada waktu siang,
para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore
mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam
pelajaran agama dan al-Qur'an.
Pesantren modern
Ada pula
pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya lebih
banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika,
dan lainnya). Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern,
dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan,
kemandirian, dan pengendalian diri. Pada pesantren dengan materi ajar campuran
antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti
di sekolah umum atau madrasah. Pesantren campuran untuk tingkat SMP
kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah,
sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah. Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan
santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.
Cabang pesantren induk
Terdapat
pula suatu pondok pesantren induk yang mempunyai cabang di daerah lain, dan
biasanya dikelola oleh alumni pondok pesantren induk tersebut. Sebagai contoh, Pondok Modern Darussalam Gontor
yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur mempunyai cabang pondok alumi, antara lain:
- Pondok Modern Arrisalah di Slahung, yang dipimpin oleh KH Ma'sum Yusuf.
- Pondok Modern Assalam Sukabumi di Sukabumi Jawa Barat yang dipimpin oleh K.Badrusyamsi, M.Pd.
Modernisasi pesantren
Sebab-sebab
terjadinya moderenisasi Pesantren diantaranya: Pertama, munculnya wancana
penolakan taqlid dengan “kembali kepada Al-Qur’an dan sunah” sebagai isu sentral
yang mulai di tadaruskan sejak tahun 1900. Maka sejak saat tiu perdebatan
antara kaum tua dengan kaum muda, atau kalangan reformis dengan kalangan
ortodoks/konservatif, mulai mengemukan sebagai wancana public. Kedua: kian
mengemukannya wacana perlawanan nasional atas kolonialisme belanda. Ketiga,
terbitnya kesadaran kalangan Muslim untuk memperbaharui organisasi keislaman
mereka yang berkonsentrasi dalam aspek sosial ekonomi. Keempat, dorongan kaum
Muslim untuk memperbaharui sistem pendidikan Islam. Salah satu dari keempat
faktor tersebut dalam pandangan Karel A.
Steenbrink, yang sejatinya selalu menjadi sumber inspirasi
para pembaharu Islam untuk melakukan perubahan Islam di Indonesia.
Oleh: Administrator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar