PROFIL & SEJARAH PONDOK
PESANTREN
NURUDH DHOLAM
A. Letak geografis Pondok Pesantren NURUDH
DHOLAM
![]() |
Logo Ponpes Nurudh Dholam |
Pondok Pesantren
Bleber atau Pondok Pesantren Nurudh Dholam merupakan salah satu
pondok yang berada di wilayah kabupaten Pacitan, yang kalau
ditinjau dari letak geografisnya berada di Dusun Klawe, Desa Sidomulyo,
kecamatan Kebonagung, kabupaten Pacitan. Sedangkan
Pacitan adalah sebuah kota di tepi pantai selatan yang terletak pada garis
lintang selatan : 8' 3 – 8' 17 bujur timur 11' 2 – 11' 28.
Dilihat dari segi jaraknya, yakni 135 Km dari kota Solo dan 70 Km dari kota Ponorogo, maka wajarlah kalau santri-santri pada masa lalu yang berdatangan dari daerah lain harus berjalan kaki karena belum adanya sarana transportasi. Adapun batas-batas kabupaten Pacitan dengan kabupaten lain adalah sebagai berikut :
Dilihat dari segi jaraknya, yakni 135 Km dari kota Solo dan 70 Km dari kota Ponorogo, maka wajarlah kalau santri-santri pada masa lalu yang berdatangan dari daerah lain harus berjalan kaki karena belum adanya sarana transportasi. Adapun batas-batas kabupaten Pacitan dengan kabupaten lain adalah sebagai berikut :
- Sebelah selatan berbatasan dengan samudera Indonesia
- Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Wonogiri
- Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Ponorogo
- Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Trenggalek
Sedangkan Dusun Klawe
desa Sidomulyo terletak pada 17 kilometer
dari kota Pacitan ke Barat dan7 kilometer dari kecamatan Kebonagung.
Desa Sidomulyo dibatasi oleh beberapa desa yaitu, sebelah utara dibatasi oleh desa Mantren Dan Wora wari, sebelah timur dibatasi oleh desa Gawang sebelah selatan dibatasi oleh desa Klesem dan di sebelah barat dibatasi oleh Samudra Hindia .Mata pencaharian penduduknya adalah bertani, yakni bercocok tanam padi, kacang tanah, kelapa, pisang, sayur mayur dan sebagainya. Karena Pacitan merupakan daerah yang minus dan tandus maka tidaklah aneh jika masyarakatnya sedikit ketinggalan jika dibandingkan dengan masyarakat daerah lain, khususnya dalam bidang ekonomi.Dengan uraian tersebut kita dapat menggambarkan kehidupan rakyat di daerah itu, yang sedikit banyak dapat mempengaruhi keadaan Pondok Pesantren Nurudh Dholam
Desa Sidomulyo dibatasi oleh beberapa desa yaitu, sebelah utara dibatasi oleh desa Mantren Dan Wora wari, sebelah timur dibatasi oleh desa Gawang sebelah selatan dibatasi oleh desa Klesem dan di sebelah barat dibatasi oleh Samudra Hindia .Mata pencaharian penduduknya adalah bertani, yakni bercocok tanam padi, kacang tanah, kelapa, pisang, sayur mayur dan sebagainya. Karena Pacitan merupakan daerah yang minus dan tandus maka tidaklah aneh jika masyarakatnya sedikit ketinggalan jika dibandingkan dengan masyarakat daerah lain, khususnya dalam bidang ekonomi.Dengan uraian tersebut kita dapat menggambarkan kehidupan rakyat di daerah itu, yang sedikit banyak dapat mempengaruhi keadaan Pondok Pesantren Nurudh Dholam
B. Asal nama
Bleber
Asal kata
bleber pertama kali muncul dari sebuah cerita sejarah masyarakat dusun Klawe dan sekitar bahwa sebelum berdirinya pondok pesantren Bleber
Nurudh
Dholam
daerah tersebut masih berupa daerah yang masih belum berpenghuni dan merupakan
daerah yang sangat wingit atau angker.
Seorang sesepuh atau tokoh sakti yang mempunya kemampuan supranatural
yang bernama Ki. Brayut pada masa itu menanam tanaman
yang menurut si empunya cerita, tanaman tersebut adalah
Jambe Bleber atau Pinang Bleber dan sebuah pohon Jambu. Dari tanaman tersebutlah menjadi cikal
bakal nama lingkungan Jambu dan Bleber. Dimana
lingkungan Jambu dan lingkungan Bleber sebenarnya sangat dekat sekali jaraknya.
Lingkungan Jambu berada di
bagian bawah di sekitar akses jalan menuju ke dusun Wawaran
sedangkan lingkungan Bleber merupakan tempat dimana Pondok pesantren Nurudh Dholam
atau pondok Pesantren Bleber berada. Lingkungan
Jambu dan lingkungan Bleber masuk
dalam wilayah dusun Klawe yang juga
menurut cerita, kata Klawe juga mempunyai asal usul sejarah. Dikisahkan
disekitar wilayah Gunung Limo atau wilayah desa Mantren berdiam dua bersaudara
yang sakti yaitu Ki. Brayut dan
Ki Tunggul Wulung yang merupakan tokoh spiritual di daerah tersebut. Pada waktu itu Ki Tunggul Wulung
memanggil Ki Brayut agar bersedia menempati
sebuah wilayah yang masih sangat angker di bagian selatan Mantren
atau selatan gunung limo dengan melambaikan tangannya memanggil Ki Brayut untuk menunjukkan
tempat tersebut.. Kalau dalam
bahasa jawa melambaikan tangan itu sama dengan nglawe – nglawe. Ki
Tunggul Wulung berucap kepada Ki Brayut dalam bahasa jawa “ Kae lho enek nggon neng sisih kidul nggon ono “ artinya “Disana Lho ada tempat di bagian selatan kamu
tempati “. dan sejak saat itulah
Ki
Bruyut menetap di sebuah wilayah tersebut yang masih sangat angker. Dari itu pula akhirnya Ki Brayut
memberi nama daerah yang baru saja ditempati dengan nama Klawe. Sedangkan Ki
Tunggul Wulung menetap di wilayah desa Mantren sebagai tokoh dan sesepuh di sana yang sampai saat
ini cerita keberadaan Ki Tunggul Wulung menjadi bagian cerita sejarah desa
Mantren. Barang - barang
peninggalan Ki Brayut sampai saat ini masih dapat kita jumpai di salah satu
rumah warga di dusun Klawe berupa keris pusaka dan beberapa benda benda lain.
Demikian sekilas cerita tentang asal muasal kata Bleber dan Klawe yang
merupakan tempat berdirinya Pondok Pesantren Bleber atau Pondok Pesantren
Nurudh Dholam
C. Mula Berdiri Pondok
1. Periode K. Asadi
Berdirinya
Pondok Bleber tak bisa dilepaskan dari seoarang tokoh pedidikan agama yang
bernama As’adi. As’adi kecil
dilahirkan sekitar tahun 1901 yang merupakan
keturunan dari mbah buyut Sonto dengan Karikem, Somokariyo dengan Wiri dari Trenggalek
As’adi
kecil merupakan anak urutan ke tiga dari tujuh bersaudara. Bersama
kakaknya Mesero Dipiryo
bersekolah di Sekolah rakyat didaerah Ketro dengan berjalan kaki. Jarak dari Ketro dengan Sidomulyo kurang
lebih 15 kilometer. As’adi yang
mulai beranjak remaja akan dinikahkan dengan seorang gadis pilihan orang
tuanya, entah karena belum bersedia atau ada sebab
yang lain ternyata pernikahannya dibatalkan. Sang remaja pun kemudian malanglang
buana menuntut ilmu agama pada beberapa orang guru diantarnya K Muzani dan K.
Ibrahim di Mantren, K. Umar Sofyan dan abah Kholil di Kediri, K. Abu Bakri di
Bonsari, K. Baedhowi di jember. Pada tahun 1920 berdirilah
sebuah surau kecil berapa alang alang dengan lantai dari Jrambah ( lantai yang
terbuat dari anyaman daun aren). Dipimpin oleh seorang imam yang sekaligus
sebagai guru ngaji di sana yaitu seorang yang bernama Abah Katiman. Abah Katiman menjadi orang pertama yang
menerapkan pendidikan berbasis islam di wilayah tersebut. Dengan tujuan
memberantas kebodohan, menyebarkan ilmu agama islam karena pada masa itu masih
banyak masyarakat yang melakukan praktek praktek animisme/dinamisme. Membersihkan
praktek syirik yang masih tejadi dalam kehidupan masyarakat di wilayah tesebut.
Kemudian pada tahun 1941 berdirilah masjid yang pertama di daerah Bleber
menggantikan suaru kecil yang sudah tidak mampu lagi menampung jamaah.
Kemudian As’adi
yang sudah kembali dari menuntut ilmu agama mendirikan Pondok Pesantren Bleber
pada tahun 1946 dengan santri yang pertama antara lain Marzuki Bleber, Jonomo
Klesem, Imam Hasyim Besar, Imam Bakri besar, Irsyad Klesem dengan metode
mengajarnya menggunakan sistem sorogan. Selang beberapa tahun kemudian Pondok Pesantren
Bleber mengalami perkembangan yang begitu pesat yang semula hanya mengajarakan
cara membaca al Quran maka
materi keagaman yang lain mulai dimasukkan dengan metode sorogan dan bandongan antara lain sorogan kitab Salam taufiq dan Sorogan kitab Bidayatul
Hidayah. Pada saat itu juga berdiri pengajian Tariqot yang pertama.
Seiring dengan
perkembangan pendidikan agama maka pada tahun 1964 Berdirilah Madrasah diniyah
salafiyah Nurudh dholam dengan tempatnya masih meminjam dan bahkan menempati
rumah rumah penduduk sekitar pondok. Pada tahun 1966 masjid yang berada
dikomplek Pondok Pesantren dipugar dan diperluas seiring banyaknya para jamaah
yang tidak hanya datang dari lingkungan pondok terutama para santri
tetapi juga dari warga sekitar. Pada tahun
1968 terjadi pemberontakan PKI di seluruh wilayah indonesia yang bersaha
membunuh tokoh tokoh agama tak terkecualai di wilayah Desa Sidomulyo/Beber. Pernah terjadi Pada waktu itu setelah selesai sholat Jum’at
para tokoh PKI dari kelompok Pemuda Rakyat
desa Sidomulyo
dan desa sekitar antara lain Harjo Karnen
Gayam, Kusnen Gayam, Bogini Gayam, Suparmin Gayam, Mariyo Gayam, Joyo Kimin
Karang Anyar, Lurah Eko Gemblung berusaha membunuh K. Asa’di
dan para tokoh agama yang lain, meraka telah
berkumpul didepan masjid Bleber dengan membawa senjata
tajam dan sebuah granat. K. Asa’di bersama para
tokoh agama yang lain hanya bisa berdo’a kepada allah swt dan atas izin &
kuasa ilahi mereka para Pemuda Rakyat sesampainya didepan masjid seperti orang
kebingungan dan akhirnya kembali pulang ke rumah masing masing tanpa ada hasil untuk membunuh K. Asa’di. Itulah
awal perjuangan yang sangat berat bagi tokoh agama pada masa itu. Pada tahun
1970 Madrasah diniyah Nurudh Dholam mendirikan bangunan panggung sebagai tempat
belajar santri. Pada saat itu jumlah santri telah mencapai kurang lebih 500 santri
dari bebagai penjuru wilayah terutama di kabupaten Pacitan
2. Periode K.
Syamsudin
Pada
tahun 1986 K. Asadi meninggal dunia,
meningalkan beberapa orang anak 2 anak dari istreri pertama yaitu syamsudin dan
imam Fahrurrozi sedangkan dari istri kedua mempunyai dua orang anak Samsul Hadi
dan Kun Hidayah. Mulai tahun 1990 terjadi penurunan jumlah santri yang cukup drastis disbanding jumlah santri pada tahun tahun yang lalu pada masa
kepemimpinan K. As’adi. Tetapi dilihat
dari sudut kwalitas terdapat peningkatan mutu pendidkan mulai dari mutu tenaga
pendidik serta pembenahan kurikulum meskipun dari pemerintah sendiri belum
menentukan kerikulum pasti untuk madrasah diniyah. Peningkatan
mutu dan kwalitas tenaga pendidik dan kependidikannya diantaranya dengan
mengikutsertakan ustadz - ustadzah madrasah diniyah dan ustadz – ustadzah
pondok pesantren nurudh dholamyang rata
– rata hanya berpendidikan salafiyah untuk mengikuti program Wajar Dikdas
tingkat Wustho dan Kejar paket C yang diselenggarakan oleh Yayasan wakaf Pondok
Pesantren Nurudh Dholam. Bahkan beberapa tahun terakhir ini melalui progran
dari Pemprov Jawa timur yaitu Beasiswa S1 untuk guru madin, bahkan beberapa
ustadz sudah menjadi sarjana S1 Jurusan pendidikan Agama Islam. Kegiatan
pembelajaran hingga saat ini masih menggunakan kurikulum salafiyah namun
sedikit demi sedikit sudah bergeser ke arah kurikulum Takmiliyah/ ada beberapa
pelajaran umum yang dimasukkan.
Pada tahun 2006 tejadi perubahan
struktural organisasi Pondok Pesantren Nurudh Dholam dari sejumlah lembaga –
lembaga yang ada di lingkungan Pondok Pesantren disatukan dan berada dalam satu
pengeloaan yaitu dibawah pengelolaan
Yayasan wakaf Pondok pesantren Nurudh Dholam sejak dibentuk dan detetapkannya
Yayasan wakaf Pondok pesantren Nurudh Dholam pada tanggal 22 Nopember 2006
dengan akta notaris dan tercatat sebagai organisasi kemasyarakatan di
kemeterian Hukum dan HAM di Jakarta dengan Ketua Yayasan dan Pimpinan Pondok
Pesantren Bapak Kyai IMAM FAHRURROZI dan sebagai Pengasuh Pondok pesantren
adalah Bapak Kyai SYAMSUDIN yang keduanya merupakan putra dari K. As’adi
pendiri Pondok Pesantren Nurudh Dholam. Hingga saat ini Yayasan wakaf Pondok
pesantren Nurudh Dholam telah mengelola atau menaungi beberapa lembaga l
seperti Madrasah Diniyah Nurudh Dhoalam dengan jenjang ULA, WUSTHO dan ULYA, TPA/TPQ
As’adiyah Nurudh Dholam, SMK NURUDH DHOLAM, LM3 Nurudh Dholam, Tarekat
Naqsabandiyah Nurudh Dholam
Keberadaan pondok Pesantren Nurudh
Dholam ditengah tengah masyarakat dalam era globalisasi yang semakin komplek
membutuhkan management dan pengelolaan organisasi yang baik, agar kedepannya
eksistensi Pondok pesantren pada umumnya tetap diminati dan diperhitungkan
dimata masyarakat sebagai sebuah lembaga pendidikan islam yang mencetak
generasi islam yang beriman dan beraklakul karimah, yang dapat menjadi bekal
bagi para putra putri anak bangsa untuk terjun dimasyarakat ditengah arus
modernisasi disegala bidang agar tidak terjerumus pada hal – hal negatif yang
dapat merusak citra Pondok Pesantren dan juga citra islam dimata dunia.
D. Identitas Pondok Pesantren
:
1.
Nama Pondok Pesantren : Pondok
Pesantren Nurudh Dholam
2.
No. Statistik
Madrasah :
512350105006
3.
Nama Yayasan : Yayasan Wakaf Pondok Pesatren Nurudh Dholam :
4.
Alamat : Dusun Klawe RT : 02 RW : 11
a.
Desa : Sidomulyo
b. Kecamatan : Kebonagung
c. Kabupaten :
Pacitan
d. Kode Pos :
63561
5. Telepon : 087858224576, 081913053553
6.
Tahun
Berdiri : 1941
7. Status Tanah : Milik Yayasan
a. Surat kepemilikan : ada
b. Luas Tanah : 1.500
m2
c. Sertifikat Tanah : ada
8. Status bangunan : Milik
Yayasan
9. Jumlah bangunan:
a. Asrama santri : 3 ruang
b. Ruang belajar : 11
ruang
c. Kantor guru/ ustadz : 1 ruang
d. Lab Komputer :
1 ruang
e. Lab Tata Boga :
1 ruang
f.
Lab
bahasa : -
g. Lab kima :
-
E.
Identitas Pimpinan/ Pengasuh :
1. Nama Lengkap :
IMAM
FAHRURROZI
2. SK Yayasan Nomor : 700/62/53.22.11.06.03/2007
3. Alamat : Dusun Klawe RT 02 : 02 RW : 11
a. Desa : Sidomulyo
b. Kecamatan :
Kebonagung
c. Kode Pos :
63561
d. Kabupaten :
Pacitan
c. Telepon :
087858224576
F.
Visi
& Misi :
a. Visi
Mencetak Generasi islami yang berakhlaqul Karimah dan berwawasan
luas berlandaskan
pada Ahlussunnah Wal Jamaah
b. Misi
1.
Melaksanakan Kegiatan belajar mengajar dan bimbingan
secara optimal, efektif dan efisien sehingga setiap santri dapat mandiri dan
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2.
Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif
kepada seluruh warga Pondok Pesantren Nurudh Dholam baik dalam prestasi
akademik maupun non akademik.
3.
Menciptakan kondisi dan sikap perilaku islami,
baik dilingkungan Pondok Pesantren maupun diluar Pondok Pesantren dengan menjunjung
tinggi akhlakul karimah.
Oleh : Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar